Gummo adalah film independen bergenre drama yang ditulis dan disutradarai oleh
Harmony Korine. Film ini adalah debut penyutradaraannya dan telah menjadi film dengan banyak penggemar sejak awal perilisannya. Film ini dibintangi oleh
Jacob Reynolds, Nick Sutton, Jacob Sewell, dan Chloë Sevigny. Keunikan film ini adalah plotnya yang non-linier, berupa potongan banyak adegan yang menggambarkan kehidupan nihilistik dan tanpa beban sekelompok masyarakat di sebuah kota kecil Xenia di Ohio, Amerika Serikat, yang tidak pernah pulih akibat terserang tornado beberapa tahun sebelumnya.
Film ini secara singkat mengisahkan tentang berbagai kegiatan penduduk kota kecil Xenia di Ohio, tempat berkumpulnya masyarakat dengan berbagai karakter aneh (unik mungkin lebih tepat untuk menggambarkan karakter-karakternya) yang melewati keseharian waktu mereka dengan berbagai tindakan nihilistik dan "merusak" akibat masa depan kota mereka yang tidak (akan) pernah pulih pasca tornado 1974 yang menyerang sebagian wilayah Ohio.
Film ini dibuka dengan adegan rekaman video amatir keadaan kota pasca hantaman tornado(yang berkualitas hampir buruk) dan ditemani narasi asli dari salah satu korban bencana, mengingat peristiwa saat bencana terjadi. Kemudian kita dibawa ke adegan pembuka (
opening title) karakter
Bunny Boy, seorang anak kecil berumuran sekitar kelas 12 tahunan, hanya bercelana pendek dan memakai kostum kelinci dikepalanya yang sedang "bersantai" (dalam benak
Harmony Korine, bersantai ala
Bunny Boy berarti menyumpahi hal-hal yang kosong dan mengencingi kendaraan yang lewat) diatas sebuah jembatan penyeberangan jalan tol sambil ditemani sebatang rokok disela-sela gerimis. Adegan ini segera disambung dengan adegan seekor kucing yang ditenteng kesana-kemari oleh seorang remaja, yang kemudian menenggelamkan kucing tersebut ke sebuah tong penuh air, hanya untuk bersenang-senang!
Adegan kemudian dilanjutkan dengan karakter
Tummler (sebuah narasi menggambarkan
Tummler adalah remaja dengan "kepribadian yang mengagumkan", sementara sebagian penduduk kota lain menggambarkannya sebagai "pria kecil keturunan iblis") yang sedang membidik seekor kucing dengan senapan anginnya, yang diprotes
Solomon, berkata bahwa kucing itu adalah seekor kucing rumahan biasa. Kamera kemudian mengikuti kucing rumahan tersebut masuk kedalam rumah yang berinterior "acak-adul" khas kehidupan sebuah keluarga pasca bencana, dimana kucing tersebut kemudian dibawa kekamar oleh seorang gadis kecil dimana dua saudarinya sedang mengobrol tentang "hal-hal dewasa secara umum". Kamera lalu kembali mengikuti
Tummler dan Solomon yang membawa hasil buruan mereka, sekarung penuh kucing hutan, ke pemilik mini market setempat, dan membeli sekaleng lem besi dari hasil buruan mereka di mini market yang sama, untuk kemudian digunakan sebagai "obat pelepas stres" (
ngelem) dengan cara menghisap aroma keras lem tersebut.
Film kemudian berlanjut dengan adegan-adegan kontroversial lain dari
Tummler, Solomon, Bunny Boy dan beberapa penduduk kota yang dapat dibilang "sakit", seperti wawancara dengan seorang petenis kota yang berusaha mengobati penyakit
ADD (Attention-Deficiency Disorder)-nya (sebuah sindrom kekurangan perhatian yang mengakibatkan penderitanya cenderung paranoid, hiperaktif dan selalu mencari perhatian), seorang pemuda yang menjadi mucikari dari saudara perempuannya yang menderita
Down Syndrome, pesta keluarga yang penuh dengan alkohol dan vandalisme, serta beberapa adegan kecil sarat muatan tentang rasisme dan hal-hal yang berlawanan dengan norma-norma sosial masyarakat, termasuk adegan terakhir
Bunny Boy yang berlari di lapangan kosong dengan membawa mayat kucing dan menunjukkannya dengan bangga ke depan kamera.
Secara tema,
Harmony Korine mencoba mengangkat tentang isu rasisme, vandalisme, kekerasan remaja, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan sejenisnya, seksisme, homofobia, prostitusi, kemiskinan, kekerasan terhadap binatang, euthanasia, keterbelakangan mental serta hal-hal negatif tentang citra kelas bawah kulit putih Amerika (
poor-white trash). Ia mencoba mengangkat tentang stereotipikal penduduk (kelas bawah) Amerika yang cenderung digambarkan berlawanan di film-film Hollywood. Melalui
Gummo, ia mencoba untuk mengkritisi kehidupan keluarga Amerika yang hancur tanpa peran orang tua serta pemerintah yang terkesan angkat tangan tentang beban penduduknya (digambarkan melalui lokasi kota Xenia yang benar-benar nyata hancur dan tidak pernah pulih akibat tornado akibat terlambatnya campur tangan pemerintah pusat dan akibatnya terhadap hidup keseharian penduduknya). Fakta bahwa karakter didalamnya terlihat sangat natural dalam memainkan peran dalam film dikarenakan hampir semua dari pemerannya adalah non-aktor yang menonjolkan improvisasi tanpa naskah lengkap (hanya sekitar 75% dari keseluruhan film yang menggunakan naskah), disamping juga adanya banyak selingan dari dokumentasi asli milik penduduk Xenia yang digunakan dalam film.
Sebuah film yang menantang penontonnya untuk mengkritisi tentang moral remaja (Amerika Serikat khususnya), berlawanan dengan citra yang telah dibentuk oleh film-film Hollywood sebelumnya bahwa remaja Amerika sudah pasti trendi, film ini meraih penghargaan di banyak festival internasional, antara lain "Film Feature Terbaik Internasional" di
International Film Festival Rotterdam dan meraih
"Special FIPRESCI Jury Award" di
Venice Film Festival pada tahun 1997. Film ini juga menjadi favorit dari banyak sutradara
art-house dunia.
Werner Herzog (Jerman),
Gus Van Sant (Perancis), dan
Lukas Moodysson (Swedia) adalah beberapa sutradara kelas dunia pengagum karya ini.
Sebuah film produk Amerika yang patut disimak, untuk anda yang mungkin sudah bosan dengan film-film Hollywood yang terkesan
mainstream, sarat dengan spesial efek canggih tetapi hanya bertema yang itu-itu saja. Sarat dengan pemaknaan tersembunyi yang (mungkin saja) dapat menjadi pencerahan atas maraknya sifat anti-sosial remaja saat ini. Selamat menonton!
(AlexHaHo, dari berbagai sumber dan hasil menonton pribadi haha..)
.